Minggu, 15 Juli 2018

"Memahami Makna Hijrah Dari Keluarga Reza dan Silvi"

Never Ending Hijrah by Tatty Elmir dan Kurniawan Gunadi
My rating: 4 of 5 stars


Judul Buku : [Never Ending Hijrah]

Kisah Inspiratif Pasangan Silvia Pamudji & Dr Reza Abdul Jabbar
WNI peternak sukses di New Zealand dalam menegakkan syiar Islam di bumi selatan.
Penulis : Tatty Elmir, Kurniawan Gunadi, Retno Prajanti Tambeh dan Poby Karmendra
Penerbit : MyBook AMP
Cetakan Pertama: Mei 2017
Buku ini saya pinjam dari Pamanda @syahrir1997 😊
➖➖➖➖➖
Sinopsis :
Silvia Pamudji dan Reza Abdul Jabbar adalah sepasang perantau asal Indonesia yang sukses membangun bisnis peternakan dan pertanian di New Zealand. Keduanya hijrah dan memulai semuanya di negeri yang asing. Hijrah yang dilakukan tidak hanya fisik melainkan kehidupannya secara menyeluruh ini adalah sebuah catatan tentang bagaimana keduanya berjuang menghidupkan Islam di negeri paling selatan dunia itu. Juga tentang bagaimana perjalanan keduanya dimulai dan bisa menjadi seperti hari ini. Tentang keseharian tentang keyakinan tentang bisnis tentang Islam dan tentang segala hal yang akan membuat kita  takjub. Di sini kita akan dipertemukan dengan sebuah kenyataan bahwa apa yang selama ini mungkin hanya kita bayangkan ternyata sudah ada yang memulai dan sukses menjalaninya

➖➖➖➖➖
My Review :

Reza berpendapat hijrah ini perlu bekal. "Dan sebaik-baiknya bekal kata Allah adalah taqwa," tegasnya. Reza menambahkan "Hijrah ini dengan harapan dapat kesempatan lebih baik lagi kan? Nah lebih baik ini jangan sampai hanya secara duniawi saja, tapu hancur lebur secara aqidah. Dan ini banyak kita jumpai, demi Allah banyak kita jumpai," ungkap reza. "Hijrah.. tapi anak-anak yang mereka lahirkan tidak bisa baca Al-Qur'an. Bahkan kadang2 orang tuanya sendiri tidak bisa baca Al-Qur'an atau lupa. Nah kalau begini bukan hijrah, ini kemunduran." Imbuhnya. "Jangan sampai anak-anak yang kami buatkan pilihan tersebut, tidak terbentuk, tidak terjaga, dan tidak bertambah imannya." Untuk itu Reza dan Silvi mengajarkan kepada anak-anak mereka bertauhid sampai mati. "Karena kalau belum sampai mati, belum kelar." (Hlm.10)
Yes...di atas salah satu cuplikan dari isi buku ini. Sengaja dikutip cukup banyak biar jelas dan ngena bagi kita para pembaca.
Kisah hijrah Silvi dan Reza yang diceritakan dalam buku ini sungguh patut di contohi. Bagaimana mereka berusa keluar dari zona nyamannya dan mulai awal kehidupan dari bawah, berusaha mandiri, kerja di usaha sendiri. Sedangkan jika dilihat, keduanya berasal dari keluarga yg berkecukupan.

Oke, mungkin hal di atas banyak kita jumpai. Namun, ada yang sangat spesial dari prinsip kedua pasangan ini, yaitu bagaimana usaha mereka untuk kukuh berjalan pada aturan Al-Qur'an dan Sunnah sebagai rutinitas sehari-hari mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam bermasyarakat. Karena Reza dan Silvi sangat menyakini apapun yang dilakukan atas dasar Al-Qur'an dan Hadis/Sunnah ada kejayaan, keselamatan dan kemenangan.

Maka tak heran, jika usaha mereka yang berawal dari bidang peternakan, berlanjut kebidang pertanian, tekstil, barang properti dll, sukses dan melimpah ruah, hal ini bisa jadi disebabkan Allah telah memberkati usaha mereka.

Hal yang juga membuat menarik dari membaca buku ini adalah kisah lima anak Silvi dan Reza yakni Aisha, Hafsha, Maryam, Umar dan Talha, yang sangat kompak dan menggemaskan hingga terkadang membuat ketawa sendiri.
Buku ini hadir seperti hidangan makanan yang tersaji mulai dari Appetizer hingga dessert, lengkap + lezat 👍

Dalam buku ini kitapun akan di buat kagum dengan sikap Silvi dan Reza dalam menunjukkan bakti mereka kepada orang tuanya dengan sungguh-sungguh. Mereka sangat mempercayai kemangkusan doa orang tua, terutama ibu. Bagi mereka, mesin ATM terbesar dan terhebat adalah doa ibu. 
"Ya, ibu adalah ATM doa yang penuh berkah," celoteh Reza terkekeh. (Hlm. 40)

Benar-benar buku yang recommended untuk dibaca.
Cara para penulis memaparkan kehidupan Silvi dan Reza membuat pembaca menjadi lebih semangat untuk mengikuti jejak kedua pasangan ini. Ditambah foto-foto keseharian Silvi, Reza, Keluarga serta kerabat, menjadikan buku ini lebih hidup dan nyata adanya.
Cocok untuk semua kalangan, terlebih untuk kita yang masih berjiwa muda.

Khusus untuk anak muda, Silvi dan Reza menyampaikan beberapa pesan agar senantiasa menjaga iffah demi tegaknya izzah Bangsa dengan cara :
1. Tidak takut berpihak. Jika itu pihak yang benar dengan standar kebenaran Al-Qur'an dan Sunnah. Hiduplah dengan warna yang jelas, jangan abu-abu
2. Jangan ragu menunjukkan identitas sebagai mukmin. Sehingga dari jauhpun sudah terlihat jelas identitas itu, tanpa perlu orang mengenal langsung.
3. Jagalah kesucian diri, istri, Ibu, anak-anak, dan saudara perempuan dari pecundang dan fitnahnya, meski harus dengan mengorbankan nyawamu.
4. Cara terbaik mengajarkan Iffah adalah mengenalkan diri dan keluarga kita sejak awal dengan Al-Qur'an dan Sunnah.
5. Jangan hanyut dan latah terbawa 'demam toleransi'. Aqidah kita adalah harga mati, dan kita harus berazzam menjaganya sampai mati.

View all my reviews

Jumat, 21 April 2017

Memoar : "Habis Gelap Terbitlah Terang"

Dari mana aku mendapat pelipur penguatkan hati ?
ialah dengan sedikit-dikitnya memikirkan kepada diriku sendiri, 
dan sebanyak-banyaknya dan terutama sekali kepada orang lain.
(Dikutip dari surat R.A Kartini yang tiada diumumkan) -hlm 111
Buku ini sudah ada di rumah sejak saya duduk di bangku Sekolah Dasar sekitar tahun 2005/2006, saat buku ini sudah memasuki cetakan ke dua puluh duanya. Sudah ada sejak SD tapi baru sempat baca hari ini ketika sudah duduk di bangku perkuliahan, ckck. Maka jadilah ia, buku lama yang baru dibaca..!! Tapi tak masalah, lebih baik daripada tidak dibaca sama sekali bukan ?
Dalam buku ini terdapat beberapa surat-surat yang dikirim oleh Ibu kita R.A Kartini kepada beberapa orang yang kesemuanya adalah orang Belanda selama beliau dalam “bui”.
Ada banyak pelajaran dan akan tampak pula seperti apa perjuangan yang beliau upayakan untuk memperjuankan martabat perempuan dalam dunia pendidikan di tanah air ini.
Maka dari itu, di sini akan saya coba kutip beberapa isi surat tersebut yang sudah diterjemahkan Bapak Armijn Pane dari bahasa Belanda dalam bukunya "Habis Gelap Terbitlah Terang" ini. Kurang lebihnya mohon dimaklumi, dan selamat membaca J
~~~

Dari pada mati itu akan tumbuh kehidupan baru. Kehidupan baru itu tiada dapat ditahan-tahan,dan meskipun sekarang dapat juga ditahan-tahan,besoknya kan tumbuh jua dia, dan hidup makin lama makin kuat makin tangguh.

_Dikutip dari surat Kartini yang tiada diumumkan_ 
(Hlm. 1)
***
Oktober 1900
(Nyonya Ovink-Soer)
Selama hidup saya ini telah kerapkalilah saya rasai sendiri, bahwa banyak sekali kehendak hati berkenan disertai oleh luka hati.
Banyak kajadian, amatlah banyaknya pada manusia yang akhir-akhir ini, semuanya membuktikan hal ini: Manusia menimbang – Allahlah yang memutuskan. Sekalinya itu jadi  peringatanlah bagi kita manusia yang picik ini, ialah peringatan supaya janganlah sekali-kali angkuh, percaya dengan sungguh-sungguh bahwa kita sendiri ada kodrat kemauan sendiri.
Adalah Kodrat yang lebih besar, lebih tinggi dari pada kuasa, dunia semuanya bersama-sama: adalah lagi Iradat, lebih kuat, lebih kuasa daripada segala kemauana manuasia semuanya bersama-sama.
Sungguh sia-sialah manusia yang takabur mengatakan kemauannya sendiri keras sebagai besi, kukuh sebagai tenaga raksasa.
Hanya ada satu kemauan, yang boleh dan harus pada kita, ialah kemauan akan bertuankan dia: Kesucian!

Jumat, 31 Maret 2017

Book Review : Gadis Penenun Mimpi dan Pria yang Melipat Kertas Terbang


Assalamu’alaikum...Selamat pagi, siang, sore, malam dll (waktu dan kegiatan bisa disesuaikan sendiri yaa..hehe), semoga selalu diberi keberkahan di dalamnya,Amiiinn.

Ada yang mengatakan, untuk menyayangi seseorang atau sesuatu maka kita harus mengenali dulu orang atau hal tersebut. Naah..begitu juga dalam hal ini, agar lebih mantap rasa sayang kita  ke novel ini, maka kita pun harus tahu dulu seperti apa identitas asli dari novel ini...yuk segera di chek guys  !!

Judul : Gadis Penenun Mimpi dan Pria yang Melipat Kertas Terbang
Penulis : Gina Gabrielle
Penerbit : Inner Child Crowdfund Publisher (ICC Publisher)
Tahun Terbit : 2016
Jumlah Halaman : 260
ISBN : 978-602-74865-0-8
Harga : Rp 45.000 (Setelah dipotong 10% dari Toko Buku Airlangga, Mataram, NTB)
Sinopsis Novel :
“Konon katanya, pada suatu tidur, kau bisa sampai ke suatu tempat yang disebut Ujung Pelangi. Di sana ada seorang gadis dengan wajah tertutup cadar yang akan menemukan mimpi untukmu...

Seorang pria dengan Hati luka melihat kertas terbang dalam mimpinya. Ia mengikuti arah kertas tersebut terbang, dan sampai ke Lembah Es. Ia menyangka Hatinya akan sembuh, namun ternyata Lembah Es hanyalah tempat untuk mendinginkan Hati.

Di lain tempat, tanpa ia ketahui, langit memar. Dunia terancam hancur, dan pria itulah yang dipilih untuk menyelamatkannya.

Tapi, karena tidak sanggup lagi menanggung sakit, ia memutuskan untuk selama-lamanya membekukan Hati di Lembah Es.

Lalu langit pun retak, dan hendak runtuh.
***
Dari informasi singkat seputar identitas  novel di atas sudah pada mulai tertarik belum? Jika belum..oke mari lanjutkan pembahasan ini.
Novel ini saya beli di Toko Buku Airlangga, Mataram, NTB, pada tanggal 6 Februari 2017. Hari itu bertepatan dengan selesainya serangkaian ujian menjelang akhir semester, dan hari pertama menyambut libur. Dalam benak saya, guna memanfaatkan waktu libur tersebut, enaknya tambah koleksi novel baru sebagai bekal selama liburan.